Minggu, 05 Juni 2011

Diabetes Melitus (DM) di Indonesia


Saat ini terjadi peningkatan jumlah penderita diabetes yang cukup signifikan di Indonesia. Jumlah penderita diabetes di Indonesia menempati posisi keenam di dunia yaitu sebanyak 5 juta penderita. Secara epidemiologi, diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Berdasar hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa hasil proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% penyebab kematian di daerah pedesaan.

A. Permasalahan yang muncul dalam penanganan diabetes di Indonesia adalah:
1.      Kurang adekuatnya diagnosis dini
2.      Keterbatasan akses terhadap pengobatan yang menyeluruh
3.      Kurangya pengenalan dan penanganan komplikasi secara dini.
4.      Tidak memadainya edukasi terhadap masyarakat secara luas. Hal tersebut berkontribusi terhadap tingginya kematian dan kecacatan akibat diabetes.
Diabetes dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (stroke), penyakit ginjal kronik, amputasi kaki, dan kebutaan. Pembiayaan dan dampak komplikasi DM sangatlah tinggi. Hal tersebut mendasari pemikiran pentingnya upaya deteksi dan intervensi dini yang memadai.

B.  Diabetes dan dampaknya
Diagnosis DM ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium gula darah puasa dan pemeriksaan gula darah setelah makan (beban glukosa). Pasien diminta puasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan gula darah. Seseorang dinyatakan DM apabila kadar gula darah puasanya >126 mg% dan kadar gula darah 2 jam setelah beban glukosa lebih dari 200 mg%. Pada umumnya pasien juga diminta untuk mengumpulkan sampel urinnya.
Hal ini ditujukan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urin. Pada keadaan normal tidak ada glukosa dalam urin. Bila kadar gula di dalam darah tinggi, sebagian glukosa akan dibuang melalui urin. Gangguan toleransi glukosa harus diwaspadai sebagai gejala awal DM. Perubahan pola hidup dan pemeriksaan laboratorium berkala sangat dianjurkan.
Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu: diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Ada pula diabetes dalam kehamilan, dan diabetes akibat malnutrisi. Diabetes tipe 2 biasanya dimulai pada usia dewasa pertengahan (40-50 tahun). Kasus diabetes melitus tipe 2 dilaporkan terus meningkat di berbagai negara berkembang (termasuk Indonesia). Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya kasus obesitas (kegemukan) dan kurangnya aktivitas fisik pada anak-anak.
Kematian dan kesakitan pada diabetes lebih ditentukan oleh munculnya komplikasi. Komplikasi diabetes adalah sebagai berikut: kadar gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia), kadar gula darah yang sangat tinggi (hiperglikemia), peningkatan risiko infeksi, komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler), gangguan saraf, dan komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler). Diabetes melitus adalah salah satu penyebab kebutaan pada kelompok dewasa, penyebab utama amputasi non trauma, dan penyebab utama gagal ginjal.



C.  Permasalahan DM di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah absolut penderita DM tertinggi di dunia. Peningkatan prevalensi DM di Indonesia secara konsisten tampak dari masa ke masa. Peningkatan prevalensi DM tidak dapat dipisahkan dari pola konsumsi makan dan gaya hidup.
Berbagai penelitian epidemiologi secara konsisten menunjukkan bahwa peningkatan prevalensi DM berhubungan dengan obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan stress emosional. Suatu keadaan yang identik dengan pola hidup perkotaan (urbanisasi) dan pola hidup kebaratan (westernisasi).
Urbanisasi dan westernisasi tampak cukup menonjol di berbagai daerah di Indonesia. Kemajuan ekonomi memberikan dampak semakin banyaknya gerai makanan cepat saji, kurangnya kesempatan berolahraga, dan tingginya stress emosional.
Masalah lain dalam penanganan DM di Indonesia adalah kurangnya kewaspadaan dan deteksi dini. Diabetes melitus akan memberikan komplikasi seiring dengan perjalanan waktu. Hal inilah yang mendasari perlunya deteksi dan intervensi yang efektif sedini mungkin. Masyarakat luas lebih mengenal trias P (Poliuria/banyak kencing, Polidipsi/banyak minum, dan Polifagi/banyak makan) sebagai gejala klasik DM.
Permasalahan yang muncul adalah gejala trias P tidaklah sangat khas untuk DM, dan banyak pula penderita DM yang tidak menunjukkan gejala tersebut. Pada banyak kasus, DM seringkali tidak terkendali dengan adekuat. Ketakutan akan minum obat secara rutin dan kegagalan dalam perubahan pola hidup seringkali teramati pada banyak kasus.
Edukasi kepada masyarakat tentang bahaya komplikasi DM sangat diperlukan. Pada banyak kasus, penderita DM berobat ketika komplikasi yang terjadi telah sedemikian parahnya. Hal ini akan memberikan beban kesakitan dan kecacatan yang besar bagi penyandang DM dan keluarganya. Biaya penanganan komplikasi DM akan jauh lebih tinggi daripada upaya pengenalan dan pencegahan DM yang efektif.

D.  Temukan dan kendalikan
Sesuai dengan tema Hari Diabetes Sedunia tahun 2009, ‘Pahami Diabetes dan Kendalikan, maka memahami diabetes harus dilakukan secara menyeluruh, baik faktor risikonya, diagnosanya maupun komplikasinya.
Pengandalian Diabetes sangatlah penting dilaksanakan sedini mungkin, untuk menghindari biaya pengobatan yang sangat mahal. Bahkan semenjak anak-anak dan remaja, gaya hidup sehat dengan mengonsumsi banyak sayur dan buah, membiasakan olah raga dan tidak merokok merupakan kebiasaan yang baik dalam pencegahan Diabetes Melitus.
Oleh karena itu, peran para pendidik baik formal maupun informal, edukator DM dan para kader kesehatan (dokter, paramedis, dan anggoat masyarakat terlatih) sangat memegang peranan penting untuk menurunkan angka kesakitan DM.
Pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan.
Pemahaman faktor risiko DM sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh masayarakat, pendidik, edukator maupun kader kesehatan di masyarakat sekitarnya.
Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah terselenggaranya pengendalian faktor risiko untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan DM. Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor risiko DM yaitu upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif yang memadai.

Rabu, 01 Juni 2011

Protocol Jaringan


1.        BOOPT (Bootstrap Protocol)
BOOPT Adalah suatu protokol yang digunakan untuk melakukan booting pada node-node yang tidak memiliki disk (diskless). Booting adalah proses menghidupkan komputer.
Bertindak seperti RARP (Reverse Address Resolution Protocol) yaitu protokol lapisan network yang memungkinkan suatu end system untuk membentuk suatu alamat jaringannya sendiri. Metode ini biasanya digunakan untuk mendukung workstation dan terminal intelligent yang tidak memiliki penyimpanan disk sendiri.

2.      DHCP (Dinamic Host Configuration Protocol)
DHCP merupakan protocol yang mampu memberikan nomor IP secara otomatis kepada node-node dalam jaringan berdasarkan MAC Address atau secara random.
DHCP dibangun berdasarkan BOOTP apabila dalam jaringan ada end system yang bekerja secara random.

3.       TCP (Transmition Control Protocol)
TCP merupakan protokol  lapisan transport connection-oriented yang menyediakan pengantar aliran data terangkai dan reliable.
TCP merupakan protokol yang connection-oriented dan stream-oriented serta sebgai kebalikan dari UDP.

4.      UDP (User Datagram Protocol)
UDP merupakan suatu protokol lapisan transport yang menyediakan layanan pengantar datagram connectionsless dengan usaha terbaik.

5.       IP (Internet Protocol)
IP merupakan suatu protokol lapisan network yang connectionsless yang menyediakan layanan pengantar datagram best-effort.

6.       ICMP (Internet Control Message Protocol)
ICMP merupakan protokol lapisan network yang memungkinkan end system melaporkan suatu kondisi error dan menyediakan informasi tentang keadaan yang tidak diharapkan.

7.      TCP/IP
Sekumpulan protokol komunikasi yang secara luas dipakai dalam komunitas global jaringan komputer.
Protokol ini mengijinkan tipe-tipe komputer dan OS yang berbeda untuk berkomunikasi dan saling bertukar informasi satu sama lain.
Deretan protokol dalam TCP/IP antara lain : UDP, ICMP, ARP, RARP, RIP, OSPF, EGP, dan BGP.

8.       IPX (Internetwork Packet Exchange) Protocol
Sebuah protokol yang memungkinkan pertukaran paket-paket pesan pada sebuah network.

9.       SPX (Sequence Packet Exchange) Protocol
Merupakan suatu protokol dimana dua workstation atau aplikasi berkomunikasi melalui jaringan.
SPX menggunakan NetWare IPX untuk mengantarkan pesan, tetapi SPX menjamin pengantaran pesan dan pemeliharaan urutan pesan pada packet system.

10.    NetBEUI (NetBIOS Extended User Interface)
Suatu nama yang kadang kala digunakan untuk menunjukan protokol pada lapisan transport yang memiliki tujuan untuk berhubungan dengan NetBIOS.
NetBIOS (Network Basic input/Output System) merupakan suatu programmable entry kedalam jaringan yang memungkinkan sistem untuk berkomunikasi melalui hardware jaringan yang menggunakan jaringan umum API yang dapat berjalan melalui banyak alat transport atau media.

Materi Hidroponik


Hidroponik
1.     Pengertian
Istilah hidroponik berasal dari istilah Yunani yaitu hidro yang berarti air dan ponos berarti kerja. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan cara bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman. Dilontarkan pertama kali oleh W.A. Setchell dari University of California, sehubungan dengan keberhasilan W.F. Gericke dari university yang sama, dalam pengembangan teknik bercocok tanam dengan air sebagai medium tanam.
Berdasarkan media tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
·         Kultur Air
Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke-15 oleh bangsa Aztec. Dalam metode ini tanaman ditumbuhkan pada media tertentu yang di bagian dasar terdapat larutan yang mengandung hara makro dan mikro, sehingga ujung akar tanaman akan menyentuh larutan yang mengandung nutrisi tersebut.
·         Kultur Agregat
Media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam padi (kuntan), dan lain-lain yang harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemberian hara dengan cara mengairi media tanam atau dengan cara menyiapkan larutan hara dalam tangki atau drum, lalu dialirkan ke tanaman melalui selang plastik.
·         Nutrient Film Technique
Pada cara ini tanaman dipelihara dalam selokan panjang yang sempit, terbuat dari lempengan logam tipis tahan karat. Di dalam saluran tersebut dialiri air yang mengandung larutan hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk film (lapisan tipis) sebagai makanan tanaman tersebut.

2.     Faktor-faktor Penting dalam Budidaya Hidroponik

  • ·         Unsur Hara

Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada hidroponik, karena media hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana meneruskan larutan atau air yang berlebihan.
Hara tersedia bagi tanaman pada pH 5.5 - 7.5 tetapi yang terbaik adalah 6.5, karena pada kondisi ini unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi. Termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah, yang meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda menurut tingkat pertumbuhannya dan jenis tanaman (Jones, 1991).
Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan garam-garam pupuk dalam air. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan untuk larutan hara, pemilihannya biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk tersebut.

  • ·         Media Tanam Hidroponik
Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman.
Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai media tanam dalam hidroponik antara lain pasir, kerikil, pecahan batu bata, arang sekam, spons, dan sebagainya. Bahan yang digunakan sebagai media tumbuh akan mempengaruhi sifat lingkungan media. Tingkat suhu, aerasi dan kelembaban media akan berlainan antara media yang satu dengan media yang lain, sesuai dengan bahan yang digunakan sebagai media.
Arang sekam (kuntan) adalah sekam bakar yang berwarna hitam yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, dan telah banyak digunakan sabagai media tanam secara komersial pada sistem hidroponik.
Komposisi arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2 yaitu 52% dan C sebanyak 31%. Komponen lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dalam jumlah relatif kecil serta bahan organik. Karakteristik lain adalah sangat ringan, kasar sehingga sirkulasi udara tinggi karena banyak pori, kapasitas menahan air yang tinggi, warnanya yang hitam dapat mengabsorbsi sinar matahari secara efektif, pH tinggi (8.5 - 9.0), serta dapat menghilangkan pengaruh penyakit khususnya bakteri dan gulma.
  • ·         Oksigen
Keberadaan Oksigen dalam sistem hidroponik sangat penting. Rendahnya oksigen menyebabkan permeabilitas membran sel menurun, sehingga dinding sel makin sukar untuk ditembus, Akibatnya tanaman akan kekurangan air. Hal ini dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi tanah yang tergenang.
Tingkat oksigen di dalam pori-pori media mempengaruhi perkembangan rambut akar. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: memberikan gelembung-gelembung udara pada larutan (kultur air), penggantian larutan hara yang berulang-ulang, mencuci atau mengabuti akar yang terekspose dalam larutan hara dan memberikan lubang ventilasi pada tempat penanaman untuk kultur agregat.
  • ·         Air
Kualitas air yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman secara hidroponik mempunyai tingkat salinitas yang tidak melebihi 2500 ppm, atau mempunyai nilai EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm serta tidak mengandung logam-logam berat dalam jumlah besar karena dapat meracuni tanaman.

3.     Keuntungan dan Kendala Hidroponik
Beberapa kelebihan bertanam secara hidroponik adalah produksi tanaman persatuan luas lebih banyak, tanaman tumbuh lebih cepat, pemakaian pupuk lebih hemat, pemakaian air lebih efisien, tenaga kerja yng diperlukan lebih sedikit, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti, masalah hama dan penyakit tanaman dapat dikurangi serta dapat menanam tanaman di lokasi yang tidak mungkin/sulit ditanami seperti di lingkungan tanah yang miskin hara dan berbatu atau di garasi (dalam ruangan lain) dengan tambahan lampu. Sedangkan kelemahannya adalah ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit, memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia serta investasi awal yang mahal.